I made this widget at MyFlashFetish.com.

Followers

Mengenai Saya

Saya seorang perfectsionis yang terkadang bingung untuk memilih pilihan, memiliki bakat sanguinis, suka dengan hal hal berbau sosial, berkeinginan untuk memperbaiki pertahanan nasional, masalah cinta pasti sudah ada yang mengatur

Totemisme

Diposting oleh Mahardika Kurnia Dewantara on 8:47 PM

Totemisme atau Animalforship adalah faham yang meyakini bahwa manusia memiliki hubungan keluarga dengan binatang. Para pemeluknya mayakini bahwa ada beberapa binatang ada yang mempunyai kekuatan gaib yang hebat. Sehingga mereka mengkeramatkan bintang tersebut bahkan juga ada yang sampai menyembahnya. Biasanya kepercayaan ini ada pada zaman dahulu. Dan sekarang hanya sedikit yang menganut.
Totemisme menyembah binatang-binatang tertentu. Misalnya di Mesir Kuno yang memuja sapi ( lembu ), ular, buaya, kucing dan sebagainya. Mereka meyakini bahwa di antara para dewa ada yang seringkali turun ke bumi dengan menjelma ke dalam bentuk-bentuk bintang, seperti Dewa Horus yang sering menjelma menjadi burung Rajawali, Dewa Ptah ( Cahaya ) yang sering menjelma dalam bentuk lembu dan lain-lainnya. Yang paling terkenal dari binatang yang dipuja oleh orang-orang Mesir Kuno yaitu lembu APIS yang mereka puja di tempat pemujaan mereka. Bila Apis tersebut mati, maka diadakan upacara besar besaran, untuk kemudian diadakan penggantian Apis baru.
Di india juga terdapat totemisme. Negara dengan mayoritas penduduk beragama hindu itu melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sapi dan ular. Hal itu dikarenakan oleh agama hindu yang mereka anut. Bahkan seseorang yang menyembelih atau menggangu sapi yang berada di India mungkin bisa merasakan jeruji besi. Dan juga di Bali tepatnya di Nusa Dua terdapat ular putih yang dikeramatkan oleh penduduk setempat yang kebanyakan menganut hindu.
Tidak hanya di Mesir dan India, tak hanya agama Hindu, agama Budha pun juga mengenal hal ini. Akan tetapi dalam agama Budha, binatang secara keseluruhan dianggap memiliki hubungan dengan manusia, karena dalam ajaran Budha dikenal adanya reinkarnasi yaitu adanya penitisan kembali ruh setelah kematiannya ke tubuh manusia atau binatang. Sehingga mereka memantang makan daging, dengan alasan mungkin saja hewan yang dimakan olehnya adalah titisan dari nenek moyang atau keluarganya.
Demikian pula agama-agama kaum primitif yang pasti menganut ajaran totemisme. Ada yang beralasan karena manu sia dengan binatang yang dikeramatkan itu berasal dari nenek moyang yang sama, atau karena nenek moyang mereka berse-kutu dengan binatang tersebut, atau karena keyakinan adanya reinkarnasi, dan sejumlah alasan lainnya.
Bali, India, Mesir, Jawa pun juga ada. Tepatnya di Keraton Solo ada seekor kerbau yang dianggap keramat yang dinamai dengan Kyai Slamet. Pada hari-hari tertentu Kyai Slamet dibiarkan berjalan-jalan di pasar memakani sayuran milik para pedagang di pasar. Anehnya, para pedagang itu tidak marah atau merasa rugi karena sayuran dagangan mereka dimakani oleh Kyai Slamet. Bahkan mereka merasa senang bila sayuran mereka disantap oleh Kyai Slamet, karena mereka yakin bila sayurannya disantap oleh Kyai Slamet mereka bakal beroleh kemujuran. Ini merupakan bentuk amalan totemisme atau animalforship yang masih ada hingga hari ini.
Pernah pula ramai orang-orang China memelihara ikan Louhan yang diyakini mampu mendatangkan hoki. Perbuatan ini diikuti pula oleh sebagian kaum muslimin di negeri ini dalam berlomba-lomba memelihara louhan dengan tujuan agar bisa mendapatkan hoki atau keberuntungan. Sebelumnya, orang-orang kaya pada memelihara ikan Arwana yang dianggap mampu mendatangkan kewibawaan selain juga sebagai simbol status sosial pemiliknya.
Ada pula kepercayaan yang ada di Jawa yaitu jika menabrak seekor kucing maka ia akan mendapat sial. Dan jika hal itu sampai terjadi maka penebusnya adalah selamatan ditempat ia menabrak kucing tersebut. Mereka mempunyai alasan yang kurang logis, bahwa kucing adalah hewan kesayangan dari Rasulullah SAW, namun dalam hadist tak ada yang menebutkan hal tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa di Jawa masih terdapat kepercayaan totemisme.
Bahkan sebagian manusia meyakini adanya hewan-hewan fiktif yang memiliki kesaktian, seperti : ular naga, kili suci, makara, kuda unicorn, kuda sembrani, Pegasus, Bahamut dan lain-lainnya.
Semua amalan di atas dan yang sejenisnya adalah amalan totemisme atau animalforship yang merupakan salah satu bentuk dari kebodohan ( jahiliyyah ) dan kesyirikan. Sesungguhnya kedudukan binatang tidak lebih mulia daripada manusia, sehingga meyakini bahwa suatu binatang mampu mendatangkan keberuntungan ( hoki ) atau kemalangan ( apes ) adalah tindakan menyekutukan Allah SWT dengan binatang. Karena hanya Allah saja yang mampu mendatangkan semua kebaikan dan keburukan, tidak ada sekutu bagi Alloh SWT.

0 komentar:

Posting Komentar