I made this widget at MyFlashFetish.com.

Followers

Mengenai Saya

Saya seorang perfectsionis yang terkadang bingung untuk memilih pilihan, memiliki bakat sanguinis, suka dengan hal hal berbau sosial, berkeinginan untuk memperbaiki pertahanan nasional, masalah cinta pasti sudah ada yang mengatur

Temanku Tetap Sahabatku

Diposting oleh Mahardika Kurnia Dewantara on 1:40 PM komentar (1)

Mentari bersinar tepat diatas kepala ynag menandakan waktu menunjukkan pukul 12.00. Aku bergegas menuju masjid sekolahku. “Dewa, tunggu!!!” terdengar suara Arga memanggilku. “Ada apa, Ga?” “Anu,, aku ikutan jamaah sama kamu ya?” “Okelah kalo begitu..” sahutku. Tak berapa lama setelah sholat , perutku mulai meraung tanda aku harus mengisinya dengan makanan. Aku bergegas menuju warung pecel Mbah Di. “Wah,, makan pecel di warung Mbah Di pasti wuenak poll nih… baru bayangin pecelnya aja aku sudah pengen nambah.” Gumamku sambil berjalan menuju ke warung Mbah Di.
Sesampainya disana aku memesan satu piring nasi pecel ditambah tahu goreng yang asli enak. Aku mulai memakan satu sendok nasi pecel pertama dengan berhati-hati dan menikmati. Tiba-tiba datang suara yang tak asing lagi bagiku. “Wah,, mantap jaya kayaknya, De?” “Eh, kau ternyata,Ted?? Pheh iya e mantap jaya banget. Hehe..” “Weleh,, enaknya pas perut lapar, makan pecel nih.. apalagi kalo ditraktir sama sahabatku yang satu ni.” “Ah,, bisa ae kau kalo ngrayu biar ditraktir, Ted? Ya sudah pesen aja sana” jawabku. Diselang makan bareng antar sahabat itu mereka bercakap-cakap tentang acara pameran foto yang mereka persiapkan. “Gimana Ted foto-fotonya? Sudah dicetakkah??” “Oh.. itu? Wah belum kucetak, De. Apa kita nanti bareng-bareng aja nyetaknya?” “Okelah kalo begitu, pokoknya kalo buat sobatku ini, apa si yang engga??” “Weleh,, kamu memang sobatku! Hehe”
Setelah mereka kenyang, mereka menuju ruang OSIS untuk menyelesaikan tanggung jawab acara yang dibebankan kepada mereka. “Waduh,, udah jam setengah empat ih, Ted? Gimana kalo kita ke studio foto sekarang biar kerjaan kita cepet selesai?” “Wokeh. Hahahahahaha” kami bergegas menuju pesawat jet kami yang ada di parkiran motor sekolah. Bagai petir yang menyambar, jarak 10 km kami tempuh dengan waktu 15 menit. Walau panas terik matahari menyengat kami, kami tetap akrab dan bersama.
Pas week end ketika waktu menunjukkan pukul 19.45 kami sepakat untuk pergi nonton. “Kita nonton emang tepat ya, De?” “So,pasti… lha wong tiap hari kita dipaksa makan PR, tambahan pelajaran, Les, dll kok.” “hahahahaha betul-betul-betul… ga kaget lho, De.. SBI gitu lohhh… masa SBI sama kaya reguler?? Gengsi donk.. hhe”. “Enaknya nanti nonton apa??” “Sang Pemimpi aja!!!” jawab Teddy dengan nada yang semangat. “Ya uda,, itu aja. Lagian bagus banget tu film.” Sesampainya disana mereka membeli tiket dan beberapa bungkus pop corn serta minuman.
“Yok, masuk.. nih aku uda beli pop corn sama cola.” Kataku kepada Teddy. “Wew…. Uenak jaya keliatane itu…”. “Ya iya lah siapa dulu donk yang milih??” “hahahahaha iya-iya sobatku.” Didalam bioskop aku dan teddy terus curhat-curhat tentang gebetanku yang pengen aku dapetin. Memang bagi anak muda pasangan hampir segalanya. Tapi bagiku sahabat lebih tinggi dari pasangan. Aku seneng banget pas itu. Aku bisa seneng-seneng sama sobatku. Bercanda, tertawa, curhat, pokoknya mungkin itu hari terbaik yang kujalani sama sobatku, Teddy.
Pas pulangnya aku sama Teddy ketemu sama Tiara, cewek manis berambut lurus sepundak yang kuceritakan sama Teddy. Aku tambah ga percaya, si cantik Tiara nyapa aku duluan “Hai De!” “Hai juga Tir, wah kok tumben kamu kesini? Ngga sama pacar kamu ya?” “Pacar apaan si De?” “Ya pacar kamu?” Tanyaku. “Ah, kamu ngaco ah.. emangnya aku punya pacar??” “Oh, kamu ga punya pacar ya? Hhe wah bagus donk?” “Bagus gimana?” “Ya aku bisa deketin kamu. Hehehe.” Jawabku sambil menggodanya. Tak terasa aku ninggalin Teddy. Si Teddy tanpa bicara dia segera angkat kaki ketika aku ngobrol sama Tiara tadi. Dengan digandeng rasa bersalah aku mengejar Teddy. “Ted,, maaf ya tadi aku ninggalin kamu. Hehehe ketemu cewek cantik sih.. lagian kamu tadi kenapa kok pergi? Ngobrol-ngobrol dulu sama Tiara dulu kek?” “Oh,, tadi? Maaf, soalnya aku juga cepet-cepet, De. Sodaraku ada yang menikah.” “Aku pergi dulu ya, De?” lanjut Teddy. “Ya uda gapapa. Hati-hati ya kawan??”
Setelah kajadian itu Teddy berubah, walau tidak semua berubah kepadaku. Aku mulai berfikir, apakah semua itu terjadi karena aku meninggalkannya kemarin atau karena dia juga mencintai Tiara? Tapi biarkan sajalah. Mungkin waktu yang akan mengungkap semua yang membuatnya menjadi seperti itu.
Hari yang Aku tunggu-tunggu pun tiba. Hari dimana aku dan Teddy bekerja bersama untuk mengawasi terselenggaranya acara yang aku pegang. “huh… lelah juga ni hari,, tapi pantes kok sama apresiasi orang yang bagus.” Gumamku. “Hayo ngelamun aja..! kerja tuh kerja.. dilayanin tamunya yang datang ini. Hehe..” suara yang terdengar indah ditelingaku itu mengagetkanku. “Oh,, Tiara? Hehehe okelah tuan putri.” “Eh De, foto yang itu yang motret siapa?” “ya jelas Ketua Panitianya donk,, hehehe bagus kan?” Jawabku sambil sedikit bergaya. “Wah Dewa, hebat ya kamu? Oh iya, mana si Teddy?? Kok ngga keliatan dari tadi??” “Oh iya aku lupa. Dari tadi hanya melamun aja sih.. Jadi hilang dheh Si Teddy.” “Aku cari Teddy dulu ya Tir? Tambahku. “Oke hati-hati ya cakep?” sahut Tiara.
Kumulai pencarianku terhadap Teddy di kantin, dan ternyata dugaanku benar. Kantin sekolah adalah tempat nongkrong paling popular bagi kami. “Ted,, kok malah disini sih? Kan pameran foto kita belum selesai??” dia hanya terdiam. Mulai terbesit dalam fikiranku apakah benar dia juga suka sama Tiara. “Ted, kok diem aja?? Jawab donk?” “Apa De?!” jawabnya singkat. “Kamu mulai berubah Ted, kamu jadi judes gini sama aku??” “Judes gimana?! Aku ya kayak gini.” “Kamu boong Ted? Sekarang jawab jujur, apakah kau juga suka sama Tiara??” Tanyaku dengan sedikit emosi. “Terus kalo iya kenapa? Marah kamu? Sebenere aku tuh juga suka dia. Pas aku ndenger ocehanmu di bioskop, obrolanmu sama Tiara, dan semua tentangmu dan dirinya, aku sakit. Tapi aku masih bisa nahan. Dan sebenere aku juga ga terlalu suka kamu. Aku ngebaikkin kamu tuh karena aku satu organisasi sama kamu. Dan aku juga berusaha loyal sama ni organisasi dan ni acara. Pas acara ini. Jadi aku nurut kamu dan nyenengin kamu. Uda puas kamu ?!!” aku hanya terdiam mendengar semua perkataannya. Lalu dia pergi meninggalkanku begitu saja.
Sejak saat itu aku mulai stress merasakan semua ini. Aku bingung harus bagaimana lagi. Masalah ini lebih berat daripada masalah-masalah yang aku temukan saat pameran. Aku mencoba tuk tegar dalam menjalani semua ini. Luka yang dibuat oleh masalah ini sakit sekali. Aku tak bisa berfikir lagi. Waktu pelajaran pun kugunakan untuk memikirkan bagaimana cara agar aku dan Teddy bisa seperti dulu. “Haruskah aku melepas Tiara untuk Teddy??” aku ragu semua ini kan berhasil. Tapi kalau tidak kulakukan, hubuganku dengan Teddy harus tenggelam disini. Tenggelam jauh ditelan bumi. Dan aku tak mau hal itu terjadi. “Aku harus melakukannya!!! Aku harus menjauh dari Tiara, demi Teddy! Demi Teddy!!” sambil meneteskan air mata aku kembali fokus mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia yang notabene merupakan pelajaran kesukaanku.
Bel berbunyi empat kali tanda pelajaran telah usai dan aku harus pulang. Kulangkahkan kakiku menuju gerbang depan, hatiku menuntunku menuju kelas X-5. Kelas dimana Teddy belajar. “Ah,, jangan.. aku belum siap buat ketemu Teddy.” aku berbalik arah dan melanjutkan langkahku menuju rumahku. Sampai dirumah aku tetap memikirkannya, “apa dia masih marah ya sama aku? Ataukah dia sudah biasa?” tiap hari aku dihantui rasa gelisah yang hebat. Sempat terlintas dipikiranku untuk mengakhiri hidup ini karena hidup ini terasa hampa tanpanya. Namun pikirku buat apa bunuh diri?? Hidup masih panjang, cita dan harapan menanti di ujung dunia.
Milla perempuan berkerudung dan berperawakan ramping dan kecil serta berwajah manis. Perempuan itu adalah teman dari Tiara dan Teddy sekarang menjadi tempatku berkeluh kesah. Aku dan Milla telah sepakat untuk bertemu di kantin sekolah. Tepatnya di kantin soto milik Cak Bowo yang terkenal ajib jaya itu. Sambil memesan lontong balap yang juga tersedia di warung milik Cak Bowo itu aku dan Milla mulai membahas hal yang menjadi tujuan utama. “Mil, uda tau kan masalahku sama Teddy?” aku memulai percakapan. “Oh, cinta segitiga antara Kamu, Tiara, sama Teddy itu kan??” “Iya, duh Mil aku stress ngadepin ini semua. Rasanya tertekan banget. Sampe-sampe aku pengen bunuh diri, Mil!” “Hah…??? Kamu udah gila ya De? Bunuh diri? Buat apa De? Itu semua cobaan dari Allah buat kamu. Apa kamu kuat ngadepin masalah kecil kaya gini?” “Masalah kecil????!!!!! Yang bener kamu kalo ngomong, Mil?” sahutku dengan nada sedikit kaget. “Udahlah De,, hidup itu cuman sekali, so.. hidup itu dibawa santai saja.” “Iya sih,, tapi Mil, aku gimana caranya ngadepin ini semua.” “hmmh… Bentar, aku mikir dulu ya?” “Ya udah dheh,, makan dulu aja. Masa dari tadi lontong balapnya Cak Bowo ini cuman diliatin doank?”.
Sekitar lima menit berselang, lontong balap mantap jaya itu sudah terlahap habis. “Nah, sudah habis kan? Kita mulai lagiyang tadi, aku juga sudah punya ide.” “Gimana? Gimana idenya?” “Gini,, ajak dia ketemuan ditempat yang punya nilai sejarah persahabatan kalian. Contohnya kalian biasa nongkrong di warungnya Mbah Di kan?? Nah itu tempat buat ngingetin masa-masa kalian pas akrab. Nah omongin baek-baek tuh sama dia, kenapa dia sampe kaya gitu, terus minta maaph dheh dan serahin tu Tiara sama dia.” “ohm.. gitu? Dipikir-pikir iya juga, betul tuh caramu. Tapi pesona Tiara belum bisa hilang dariku, Mil.” Jawabku ragu. “Halah De De. Lepasin ajalah,, dari pada hubungan kamu sama Si Teddy tuh hancur. Kan bentar lagi juga tahun ajaran baru, jadi pastinya ada cewek-cewek baru yang masuk ni sekolah, kan? Gitu aja kok repot?” “Wah… betul kamu, Mil. Ngapain Tiara juga aku pikir? Orang bentar lagi ada adhek kelas, ya? Hehehe…” bel berbunyi tiga kali tanda jam istirahat usai. Aku dan Milla berlari secepat flash, jagoan dari salah satu kartun anak.
Malam hari setelah aku mengerti cara agar bisa kembali akrab dengannya, aku mulai memainkan jemariku untuk merangkai kata dalam pesan singkatku kepada Teddy. Dengan penuh kasih sayang seorang sahabat, sms ku pun terkirim. “Apakah dia mau membuka smsku ya? Aku harap dengan satu sms itu akan merubah semuanya. Amin..” Dengan penuh harap-harap cemas aku menanti setiap detik kedatangan sms balasan dari Teddy. Lonceng jam berbunyi menunjukkan satu jam sudah aku menunggu sms balasan dari Teddy. Lima belas menit kemudian tepatnya pukul 21.15 sms harapan itu datang. Perlahan kubaca dari awal sampai akhir, wajahku yang awalnya cemberut sekaligus cemas kini berubah menjadi senang dan tersenyum. “Yes, dia mau! Aku harus siapkan semua untuk besok yang sangat indah.” mulai ku rangkai kata yang harus ku ucap besok dan kupertebal dompetku agar besok dia tak meraung-raung karena uangku habis untuk nraktir Teddy. “Ah,, lebih baik tidur ah.. PR gampang besuk bisa nyontek saskia. Hehehe sekali-kali.”
Suara kicau burung membangunkanku dari lelapku. “hoahm…. Nyenyak banget aku tidur kemarin. Saatnya menuju hari yang paling bahagia! Ayo mandi!!!” dengan penuh semangat aku menuju kamar mandi yang ada dipojok kamarku. “Wrrr.. Hahahaha air pun terasa segar banget dhe.” saking semangatnya aku sampai lupa ngambil handuk. Pintu kamar lupa aku tutup lagi. “Ih.. sial banget sih,, pintu belum kututup, aku lupa ngambil handuk, hah.. gara-gara overspirit sih.. jadinya gini dheh.”
Semua siap, aku pun berangkat pagi-pagi sekali sekitar pukul 05.45. ga biasanya aku kaya gitu. Sampai disekolah, tas kutaruh dan mulai looking for jawaban dari PR matematika yang ga aku kerjakan kemarin. “Saski!!!! Aku pinjem PR matematikamu , ya?” “He? Kamu belum ngerjakan ta De? Yawis.. itu ambil aja di tas.” Aku mulai menulis bagian demi bagian. Bagai ulat yang kepanasan aku nulis sambil nari-nari hehehe saking senengnya dapet dua-duanya. PR nya dapet, sahabat juga dapet.
Istirahat datang langsung aku menuju kantin pecel Mbah Di seperti yang disepakati olehku dan Teddy. Sesampainya disana kulihat sesosok anak laki-laki yang duduk sambil menyantap pecel yang ia pesan. “Hai Ted,, apa kabar?” “Baik.” “Wew.. sinis banget sih..? Masih marah ya sama aku?” “Emmh..” jawabnya dengan sinis. “Udahlah kawan,, jangan marah lagi.. aku minta maaf kalo aku sudah mau ngerebut Tiaramu. Aku udah ga ada feel sama dia lagi kok, Sobat. Coba dheh inget-inget pas kita dulu akrab, kita makan bareng, nonton bareng, heppy-heppy bareng. Semua itu kita lakuin bareng. Aku kangen masa-masa itu kawan. Apa kau juga lupa kalo kita uda janji buat jadi sahabat slamannya?? Mungkin setelah SMA ini kita uda ga slalu bersama, kita uda beda universitas, beda fakultas, pasti momen kayak dulu uda jarang kita dapet. Jadi maafin aku ya bro?” dia hanya terdiam dan menundukkan kepala. “Sahabat sampe akhir, jadi bertengkar?? Apa kata dunia??! Slamat datang kembali kawanku. mari kita lakukan hal-hal indah bersama lagi!!” ucap Teddy kepadaku dengan wajah berbinar dan penuh senyum. “Baik,, siap kapten!! Hahahahahaha.”
Sejak saat itu aku sama Teddy udah ga musuhan lagi, Tiara pun masih setia jadi temanku dan temannya. Tiap malam minggu aku ga pergi sama pacar, hehe orang emang ga punya pacar. Tapi aku masih punya sahabat, dia seperti saudaraku sendiri bagiku. Tapi ya tetap masih diambang normal. Sebagai gantinya aku pergi ngenet pake hotspot sama dia dan temen-temen. Kadang ya nyari makan bareng dia dan temen-temen sekelas.
“It was very nice day! Mungkin ini kata yang tepat yang bisa ku ucap pada hari itu. Dan buka semangat baru serta arti sahabat adalah semboyan yang harus kupengang teguh” kataku pada diriku.

Semoga cerpen ini bermanfaat bagi semua yang membaca. Dan ada beberapa harapan yang ingin kutulis bersama cerpen ini. Harapanku agar kejadian seperti yang ada didalam cerpen ini tak akan terjadi lagi padaku dan kepada seluruh orang yang membaca cerpen ini. Dan semoga rasa pertemanan yang ada didalam diri setiap manusia akan selalu ada dan tak akan pernah berakhir. Amin… terima kasih..

sak lengkapipun. .